Senin, 21 Januari 2019

The Journey Begins Here



      Akhir tahun 2017, tepatnya di bulan Desember, menjadi awal mula diriku mengenal dunia sastra. Lewat Komunitas Rumah Membaca Indonesia, yakni komunitas online belajar tulis-menulis yang di ketuai oleh A’yat Khalili, seorang penulis asal Sumenep, Madura. Bukan hanya ilmu dan pengetahuan tentang dunia kesustraan saja yang kudapat dari komunitas ini, tetapi juga teman-teman baru dari berbagai daerah senusantara. Alhasil tahun 2018 kemarin menjadi awal petualanganku menjelajah dunia sastra. Sebenarnya sudah sejak masa sekolah (Aliyah) aku menyukai sastra. Setiap pelajaran Bahasa Indonesia, aku selalu antusias dan tertarik dengan isi buku pelajaran itu, sebab pasti di setiap buku Bahasa Indonesia akan ada contoh cerita dan puisi yang dimuat untuk dipelajari.
        Yang sering aku temukan adalah puisinya Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono. Walau aku sebenarnya tidak mengerti apa makna dan maksud sajak itu, tetapi aku menyukai setiap kata yang indah, unik, dan puitik sekali. Di samping itu sejak dulu aku memang suka menulis diary, maka telah kutanamkan cita-cita semenjak di bangku sekolah, “aku ingin jadi seorang penulis!”. Tahun 2018 ini lah menjadi tahun pertama aku mulai menggeluti dengan serius dan sungguh-sungguh ranah kesusastraan yang luas dan dalam. Beberapa lomba dan antologi puisi aku ikuti sebagai bekal pengalaman dan melatih konsistensiku dalam menulis. Sayangnya, perjuangan ini ternyata tidak selamanya mudah dan lancar kulewati.
         Aku harus banyak menelan kekecewaan, lantaran seringnya kekalahan dan ke-tidakberuntungan memihak padaku. Tetapi itu semua tak memadamkan dan mematahkan mimpi. Akhirnya aku berhasil lolos pada satu event sastra yakni Festival Seni Multatuli. Festival Seni Multatuli mengundang para penulis Indonesia untuk bergabung dalam buku antologi puisi bertema “Multatuli”. Yang menjadi kurator saat itu adalah Toto ST. Radik dan Firman Venayaksa. Tercatat 283 sebagai peserta dan yang lolos 142 peserta saja. Begitu juga dari 920 judul puisi, yang menjadi pilihan juri hanya 203 puisi, dan aku termasuk di dalamnya.  


Saat acara peluncuran buku “Kepada Toen Dekker”,
Rangkasbitung 9 September 2018

    Pengalaman ini yang menurutku paling berkesan di tahun 2018. Tentu juga yang paling dan membanggakan bagi penulis pemula sepertiku. Jelas hal ini belum menjadikan diriku puas, tetapi sangat ampuh untuk melecut semangat dan motivasiku untuk menjadi lebih kreatif dan produktif lagi ke depannya. Ada satu kalimat dari Seno Gumira Ajidarma yang sangat membekas dan selalu menjadi pelecut semangatku dalam menulis, kira-kira begini kata-katanya:

"Boleh bisa apa saja, termasuk menulis.
Boleh tidak bisa apa saja, kecuali menulis."


#katahatiproduction #katahatichallenge

Tidak ada komentar:

Posting Komentar