Dia menjawab tanpa berkata
bibirnya menggumam satu nama
kedip mata simpul seribu makna
pada kelopak jari-jari purba
ia menghitung yang tak berangka
Kau mengerti dari getar pandangnya
mencermin kaca-kaca air mata
dari dalam suatu yang tak punya batas
tempat ia sembunyikan rahasia batin
ruang ia simpan seluruh luka sampai kering
Kerlip matanya masih berucap
suara-suara dari lengkung haru langit biru
gaduh dan tak dapat disentuh
tiba-tiba ia sudah di muka pintu
tak ada jendela atau kata selamat datang
di tengkuknya ada yang berbisik
“Masuklah, kau rindu pulang”
Dibayangkannya sepasang burung berkicau
pagi meranum, jendela yang minta disingkap,
sofa nyaman di sudut ruang, dan kenangan
atau apapun yang biasa kau sebut jalan kembali
Dia yang ditanya apa arti rumah
pipinya memerah serupa kuncup bunga
rekah meruah di taman pengasingan
jari-jarinya yang purba berganti menghitung waktu
menjejak angka-angka fana
dan segala kemungkinan-kemungkinan
Depok, 28 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar