Sabtu, 29 Juli 2017

Pengemis kecil dan Anjing yang Malang


Pengemis kecil dan Anjing yang Malang*

        Pada suatu hari ada seorang pengemis kecil sedang duduk di pinggir jalan sambil memakan roti. Sementara disebrang jalan sana ia melihat seekor anjing yang tengah mengais-ngais sisa makanan dari tempat sampah, seketika pengemis kecil tadi memanggil anjing itu dan menyodorkan roti kepada anjing itu, si anjing merasa sangat senang dan cepat-cepat berlari kearah pengemis kecil tadi. Ketika anjing itu sudah dekat dengan pengemis kecil, pengemis kecil itu malah  memukul kepala anjing yang malang itu dengan kerasnya tanpa memberinya roti sedikitpun. Anjing yang malang itupun langsung berlari kabur sambil menahan sakit.
      Tanpa pengemis kecil itu sadari ternyata sejak tadi ada yang memerhatikan tingkah laku pengemis kecil itu, seorang lelaki dari balik jendela rumahnya sejak tadi memerhatikan apa yang dilakukan pengemis kecil itu kepada anjing yang malang tadi, setelah melihat kejadian itu, lelaki tersebut memanggil pengemis kecil sambil menyodorkan tangannya seakan dia mau memeberi sesuatu kepada pengemis kecil tadi.
      Ketika pengemis kecil itu sampai didekat lelaki tadi, langusng saja tanpa berkata-kata lelaki itu memukul tangan pengemis kecil yang tengah menengadahkan tangannya, karna mengira lelaki itu mau memberinya uang. Tapi  bukannya uang yang dia dapat justru pukulan dari rotan kecil yang mengenai jari-jemarinya dengan kerasnya. Seketika pengemis kecil tadi merintih kesakitan dan mengaduh panjang.
    Dengan sangat herannya pengemis kecil itu berkata kepada lelaki tersebut “ kenapa kamu memukul jari-jari saya sementara saya tidak meminta apapun dari kamu?”, mendengar pertanyaan tersebut, lelaki itu langsung menjawab dengan bertanya balik “mengapa pula tadi kamu memukul kepala anjing tersebut padahal anjing tersebut tidak meminta apapun dari kamu? Ketahuilah nak, bahwa kejahatan akan berbalas dengan kejahatan yang setimpal”

                                                                                                         Jakarta, 21 oktober 2016


*Diterjemahkan dari buku Qira'atu Rasyidah